Minggu, 29 Maret 2020

Sistem Ekonomi / Mata Pencaharian


Sistem Ekonomi yang dimaksudkan disini berkaitan dengan unsur budaya adalah mata pencaharian masyarakat. Mata pencaharian masyarakat Jawa pada umumnya banyak memiliki kesamaan dengan masyarakat suku bangsa lainnya. Jika dikaji lebih mendalam tentu selalu ada pekerjaan yang membedakan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya (suku bangsa lainnya). Namun sebelum melihat mata pencaharian lain yang spesifik dan sulit ditemui di tempat lain atau suku bangsa lain, terlebih dahulu kita melihat mata pencaharian umum yang juga banyak ditemui pada masyarakat suku bangsa lainnya seperti petani, nelayan, peternak, dan pegawai. 

Petani
Masyarakat Jawa pada umumnya menempati wilayah pedesaan dengan mata pencaharian mayoritas sebagai petani. Masyarakat Jawa banyak menempati daerah-daerah yang subur dan landai yang digunakan dalam pertanian. Irigasi yang dibangun juga sangat mendukung, bahkan pemerintah membangun sistem irigasi yang dihubungkan dengan waduk atau danau sehingga petani mampu memproduksi padi tiga kali dalam satu tahun. Bahkan Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur sebagai tempat tumbuh kembangnya suku Jawa dikenal sebagai lumbung-lumbung padi di Indonesia.
Akan tetapi sangat disayangkan, akhir-akhir ini lahan-lahan pertanian yang sangat subur tadi sudah banyak yang tidak menghasilkan padi lagi. Hal ini selain karena banyaknya penduduk baru, juga karena harga padi yang dianggap tidak menguntungkan petani. Banyaknya impor beras dituding sebagai biang keladi tidak berminatnya masyarakat untuk kembali menanam padi. Harga jual dengan biaya pemeliharaan sering tidak memberikan keuntungan. 
Selain itu kebutuhan akan tempat tinggal juga menjadi faktor penting masyarakat menggunakan tanah suburnya. Artinya masyarakat lebih memilih menanam rumah di area pertanian dibandingkan menanam padi. Bagi masyarakat tidak memiliki rumah akan membuat malu dibandingkan tidak punya beras. Lagi pula beras bisa dibeli dengan harga yang terjangkau, karena pemerintah pasti akan selalu menjaga harga beras agar terjangkau oleh masyarakat. Tetapi kalau mengedepankan menanam padi kemudian panen tetapi tidak memiliki rumah juga akan percuma, ditaruh mana padinya. Jika kontrak rumah, setiap tahun harga kontrak/sewa akan naik dan naik terus. Maka, pilihan terbaik adalah tanah tersebut meskipun subur lebih baik sebagai tempat membuat rumah daripada tanam padi.
Koentjaraningrat (2009) menyebutkan bahwa kebanyakan para petani di pedesaan memiliki cita-cita agar anaknya menjadi pegawai. Amata dan pengalaman penulis, menjadi petani itu merupakan pekerjaan yang susah dan berat. Setiap hari harus berpanas-panasan, kadang harus jaga malam menunggu air masuk ke sawah agar tidak diserobot petani lainnya, bahkan juga sering harus ribut dengan petani lainnya. Hasil bisa didapatkan setelah panen yakni setidaknya 3 bulan, bahkan juga harus merugi karena hama atau harga jual yang rendah saat musim panen, atau harganya jatuh karena beras impor dan ulah nakal tengkulak. Untuk itu, sangat wajar mayoritas petani bercita-cita agar anaknya menjadi pegawai.

Nelayan / Perikanan
Sumber Gambar: beritasatu.com
Bahasa sederhana yang dapat digunakan untuk mewakili jenis pekerjaan ini dan bisa meliputi pekerjaan orang yang mencari dan membudidayakan ikan di laut dan di darat adalah perikanan. Karena pada umumnya nelayan hanyalah istilah untuk orang-orang yang menangkap atau membudidayakan ikan di lautan. Akan tetapi fakta-nya banyak juga masyarakat yang jauh dari laut atau masyarakat yang menekuni budidaya ikan air tawar tertarik melakukan budidaya, dan pada akhirnya mereka juga menghasilkan produk berupa ikan yang bisa dijual atau pun dikonsumsi seluruh keluarga. Tentu ini bukan hanya untuk diri sendiri dan keluarga saja, dalam jumlah besar akan menjadi sumber pangan bagi masyarakat yang lainnya juga.
Perikanan bukan hanya menangkap dan membudidayakan berbagai macam jenis ikan saja tetapi juga udang bahkan kepiting dan lobster. Memang tidak banyak tempat yang membudidayakan kepiting dan lobster ini, padahal keduanya memiliki nilai jual yang sangat tinggi.

Pedagang
Pekerjaan ini memiliki banyak variasi saja, bukan hanya tentang jenis apa yang diperdagangkan tetapi juga berkaitan dengan keahlian yang dimiliki, sehingga seseorang lebih menekuni pada perdagangan tertentu. Para pedagang kecil yang melakukan jual beli di pasar tradisional memiliki kecenderungan menjual dagangan yang merupakan kebutuhan sehari-hari seperti berbagai jenis sayuran, daging, bumbu-bumbu, sembako, dan lain-lain. Termasuk juga peralatan yang sering digunakan dalam rumah tangga baik alat rumah tangga dapur maupun alat-alat pertanian seperti cangkul, sabit, boding, ani-ani (ketam), caping, dan lain-lainnya. Tentu tidak ketinggalan juga binatang piaraan dan ternak seperti ayam, bebek, merpati, berbagai macam jenis burung, kambing, kerbau, dan sapi.
Pada masyarakat Jawa, sering menyepakati bahwa pasar memiliki hari pasarannya sendiri. Artinya setiap pasar tradisional di jawa (khususnya jawa tengah) hanya pada hari-hari tertentu (misalnya Minggu wage, Selasa Pahing, dst) sangat ramai karena banyaknya penjual dan pembeli yang datang, namun pada hari-hari biasa tidak akan ramai sekali meskipun juga ada penjual dan pembeli. Pada hari pasaran itu biasanya pengunjung sampai berjubel-jubel seolah-olah pasar tidak muat lagi. Akan tetapi perkembangan sekarang ini, munculnya minimarket-minimarket yang juga menjual barang-barang pedagang kecil membuat keramaian pasar tradisional menjadi berkurang, bahkan mengancam ekonomi pedagang kecil yang hanya berjualan di hari pasaran saja.
Tentu saja pedagang dimaksud disini tidak terbatas pada pegagang kecil tadi saja, tetapi juga termasuk pedagang-pedagang besar yang memiliki toko, minimarket, atau bahkan supermarket. Namun pembahasan yang paling seru terkait pedagang biasanya ketika membahas para pengusaha kecil menengah yang sering disebut sebagai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Beberapa referensi UMKM ini mampu menjadi kekuatan ekonomi negara. Semakin banyak masyarakat bergelut di UMKM, maka negara akan semakin kuat ekonominya. Sayangnya negara kita ini masih sedikit persentase UMKM-nya, karena masyarakat juga banyak yang bercita-cita sebagai pegawai.

Pegawai
Pegawai yang dimaksud masyarakat jawa pada umumnya adalah adalah bekerja kepada pemerintah atau non pemerintah. Artinya pegawai baik negeri (PNS/TNI/POLRI) maupun swasta (karyawan / bekerja pada lembaga/perusahaan bukan milik negara). Pegawai bekerja tidak mengurus sawah dan mendapat gaji setiap bulan inilah yang dimaknakan sebagai pegawai. Tentu saja seiring berkembangnya waktu bisa jadi makna ini akan bergeser menjadi pegawai sebagai orang yang bekerja di pemerintahan saja alias PNS, TNI, dan POLRI, yang mendapatkan gaji dari pemerintah. Sedangkan orang yang bekerja di lembaga/perusahaan non pemerintah disebutnya sebagai karyawan meskipun juga mendapat gaji bulanan.
Pada saat ini sudah sangat banyak masyarakat Jawa yang direkrut oleh perusahaan-perusahaan swasta termasuk juga berupa pabrik-pabrik untuk dijadikan pegawai swasta /karyawan. Bahkan kita bisa lihat daerah-daerah yang menjadi kantong-kantong industri. Ribuan pabrik yang mampu menyedot masyarakat sebagai pegawainya. Diantaranya ribuan pabrik tekstil seperti, kusuma text, SriText, Dunia Text, dan lain-lain. Beberapa Pabrik rokok juga menjadi tumpuan pekerjaan masyarakat seperti pabrik rokok gudang garam, Djarum, Wismilak, Sampoerna, dan lain-lain. Masyarakat juga menjadi pegawai pada pabrik jamu seperti Sidomuncul, Nyonya Mener, Jamu Jago, Sidomuncul, dan lain-lainnya. Masih banyak lagi pabrik-pabrik makanan dan minuman yang juga mempekerjakan masyarakat. Beribu-ribu masyarakat Jawa yang menjadi pegawai/karyawan pada pabrik-pabrik tersebut, dan menjadi pegawai ini juga merupakan yang diharapkan banyak keluarga petani.

Peternak
Peternak ini meliputi peternak kecil sampai besar atau dari ternak ayam sampai dengan peternak sapi. Peternak ayam memiliki variasi ternak ayam kampung, ternak ayam pedaging dan juga ternak ayam petelur. Bahkan ada binatang ternak yang lebih kecil dari ayam yakni ternak burung puyung, dimana peternak akan menghasilkan telur yang banyak digunakan sebagai menu sate telur burung puyuh pada rumah-rumah makan. Pada peternak ayam kampung kebanyakan tidak dikelola secara profesional, maksudnya hanya dikandangkan pada sore hari dan dilepaskan pada pagi hari meskipun ada yang memberikan makanan ternak baik pagi, siang, dan sore. Namun pakan ternaknya hanya dari dedak dan bekatul saja tanpa diberikan nutrisi yang memadai. Bahkan banyak juga yang tidak memberikan pakan, artinya ayam disuruh mencari makanan sendiri.
Masyarakat Jawa juga ada yang berternak kambing baik dilakukan secara profesional maupun tidak. Bagi yang beternak secara profesional selalu mempertimbangkan nutrisi yang digunakan sebagai pakannya. Kandang juga dibuat yang baik yang bisa memisahkan air kencing kambing dan kotorannya. Yang tidak melakukan secara profesional biasanya hanya diberikan pakan daun-daunan dan rumput yang diambilnya dari sawah atau ladang serta kebun. Kandang juga sekedar bisa ditempati kambingnya yang kadang-kadang kotoran dan air kencingnya bercampur dan sering mengotori kambingnya sendiri.
Pada masyarakat yang beternak sapi saat ini memiliki tantangan tersendiri, karena banyak yang tertarik untuk mengembangkan sapi limosin dan sapi metal. Kedua jenis sapi ini memiliki bobot yang luar biasa sehingga akan memberikan keuntungan yang tinggi bagi peternak. Namun untuk mengembangkan ternak sapi jenis ini memerlukan biaya yang sangat tinggi, hal ini berkaitan dengan biaya pemeliharaannya. Sebelum ada trend sapi jenis limosin dan metal, masyarakat banyak mengembangkan ternak sapi india yang berwarna putih dan berpunuk besar.

Wiraswasta
Banyaknya persaingan pada dunia kerja, sering mendesak seseorang untuk mengembangkan usahanya sendiri. Usahanya yang dimaksud bukan sekedar berjualan tetapi juga memproduksi suatu barang tertentu dan kemudian memasarkannya. Inilah yang dimaksud penulis sebagai Wiraswasta.
Jika diperhatikan banyak barang dari hal kecil-kecil sampai barang yang besar, barang sepele sampai dengan yang banyak dibutuhkan orang banyak diproduksi oleh beberapa masyarakat. Barang kecil-kecil seperti mainan anak-anak juga masih banyak diproduksi masyarakat seperti kitiran, klothokan, suling bambu, plintheng (ketapel) dan lain-lainnya. Namun seiring kemampuan masyarakat membeli smartphone, permainan sudah banyak bergeser menjadi bermain secara online atau main pada aplikasi games pada smartphone. Tetapi, pada beberapa pedesaan masih ada beberapa orang yang membuat mainan anak-anak itu dan mereka memiliki pelanggannya sendiri.
Sebagian lagi ada yang memproduksi jenis-jenis pakaian jadi (mendirikan konveksi) seperti kaos oblong, t-shirt, baju kemeja, jaket, dan lain-lain. Banyak konveksi  yang berhasil memasarkan barangnya sampai ke luar pulau jawa. Pada saat ini mereka juga terbantu dengan adanya smartphone, website, dan toko-toko online baik yang mereka buat sendiri atau portal yang diimiliki orang lain seperti tokopedia, bukalapak, dan lain sebagainya.