Ditulis Oleh : Triyanto Cakra Adi
Observasi atau Pengamatan sering dipergunakan dalam
pengumpulan data pada sebuah penelitian. Pengamatan sangat penting
dilakukan, hal ini bukan saja karena kemampuan yang terbatas pada setiap
peneliti dalam wawancara, tetapi juga untuk menjamin kredibilitas data.
Penggunaan teknik pengumpulan data dengan pengamatan ini banyak
digunakan peneliti khususnya dalam penelitian kualitatif.
Mengutip
Guba dan Lincoln, Moleong memberikan alasan-alasan mengapa seorang
peneliti menggunakan pengamatan dalan pengumpulan data penelitian
sebagamana berikut :
Pertama, teknik pengamatan ini
didasarkan atas pengalaman secara langsung. Bukankah pengalaman adalah
guru yang terbaik atau setelah melihat baru percaya? Tampaknya
pengalaman langsung merupakan alat yang ampuh untuk mengetes suatu
kebenaran. Jika suatu data yang diperoleh kurang menyakinkan, biasanya
peneliti ingin menanyakannya kepada subjek, tetapi karena ia hendak
memperoleh keyakinan tentang keabsahan data tersebut, jalan yang
ditempuhnya adalah mengamati sendiri yang berarti mengalami langsung
peristiwanya.
Kedua, teknik pengamatan juga memungkinkan
melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian
sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
Ketiga,
pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang
berkaitan dengan pengetahuan yang proposional maupun pengetahuan yang
langsung diperoleh dari data.
Keempat, sering
terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang
dijaringnya ada yang keliru atau bias. Kemungkinan keliru itu terjadi
karena kurang dapat mengingat peristiwa atau hasil wawancara, adanya
jarak antara peneliti dan yang diwawancarai, ataupun karena reaksi
peneliti yang emosional pada suatu saat. Jalan yang terbaik untuk
mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan
pengamatan.
Kelima, teknik pengamatan memungkinkan peneliti
mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Situasi yang rumit mungkin
terjadi jika peneliti ingin memperhatikan beberapa tingkah laku
sekaligus. Jadi, pengamatan dapat menjadi alat yang ampuh untuk
situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang kompleks.
Keenam,
dalam kasus-kasus tertentu. di mana teknik komunikasi lainnya tidak
dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
Misalkan seseorang mengamati perilaku bayi yang belum. bisa berbicara
atau mengamati orang-orang yang berkelainan, dan sebagainya.
Berdasarkan pelaksanaannya Jacob V. menggolongkan observasi dalam 2 (dua) golongan, yaitu observasi berstruktur dan tidak berstruktur. Dalam istilah lain disebut sebagai observasi formil dan informil (observasi
partisipasi). Selain itu Moleong juga membagi dua yakni observasi
terbuka dan tertutup. Pada observasi terbuka pengamat disadari
keberadaannya oleh subyek yang diteliti. Subyek juga secara sukarela
memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang
terjadi. Sedangkan observasi tertutup, pengamat tidak disadari
keberadaannya oleh subyek.
Kemudian apa yang diamati ?
Berkaitan dengan hal tersebut Sugiono mengutip pendapat Spradley
mengenai penelitian kualitatif sosial yang terdiri atas tiga komponen
yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas).
1. Place atau tempat yang dimaksud adalah tempat di mana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung.
2. Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu.
3. Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.
Sumber :
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial, Berbagai Alternatif Pendekatan. Edisi Revisi
Jacob Vredenbregt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, cetakan kedua. Penerbit PT. Gramedia Jakarta 1979
Lexy
J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi Cetakan
keduapuluhsembilan. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya. Bandung 2011
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi Penerbit PT. Rineka Cipta Jakarta. 2010
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Cetakan kesatu. Penerbit Alfabeta. Bandung. 2005